Sunday, April 22, 2007

Alam Sekitar Kita

Relasi satu dengan yang lain merupakan relasi yang saling mengungkap persona. Artinya satu sama lain saling memberikan diri dan menerima diri. Ini adalah unsur terpenting dalam hal relasi bagi manusia. Jika relasi manusia tidak demikian, maka manusia menjadi mahluk yang sendirian atau individualistik karena manusia hanya menerima berbagai masukan dari dalam dirinya saja. Manusia sejak dilahirkan merupakan manusia yang tergantung, maka manusia membutuhkan yang lain untuk tetap bisa hidup di dunia ini.

Maka, manusia mengetahui berbagai pandangan di dunia ini karena manusia mendapatkan masukan dari orang-orang yang sudah mendahuluinya atau orang-orang yang lebih senior daripadanya. Selain pengetahuan, manusia juga membutuhkan pengalaman agar segala yang diketahuinya tersebut dapat menyatu ke dalam dirinya dengan baik. Dari pengalaman dan pengetahuan ini, akhirnya manusia mengerti bahwa dirinya dengan yang lain adalah berbeda. Manusia semakin mengerti akan adanya keberagaman atau pluralitas atau perbedaan dengan tambahnya pengetahuan dan pengalaman tersebut. Keberagaman yang ada di dunia ini harus diwujudkan sebagai bagian yang alami dari dunia ini. Namun juga, keberagaman dapat kita ketahui dan mengerti karena manusia memahami inti permasalahan atau persoalan yang ada. Jika manusia tidak sampai pada inti relasi, tidak akan ada keseimbangan dan pemahaman yang lebih mendalam dari diri manusia.

Dalam bagian ini, kita akan memahami lebih dalam lagi mengenai alam sekitar kita. Mengapa kita harus seperti ini dan bertindak demikian. Keberagaman harus kita terima dan mengerti begitu saja sebagai kenyataan yang ada. Kita akan memahami kesejarahan untuk melihat bahwa sebagai manusia yang berproses, manusia berjalan karena ada masa lalu. Keberagaman yang ada sejak dahulu harus mampu kita pahami dengan lapang dada, dan bukan dengan penolakan. Selain itu, kita akan memahami ciri khas kita sebagai manusia sehingga kita akan menjadi lebih mengerti mengapa kita harus bersikap dan bertindak demikian dan tidak dapat menolak. Lewat pengetahuan ini, manusia akan mampu mengungkap personanya.

Kesejarahan atau historisitas

Di antara segala yang ada di atas bumi ini hanyalah manusia yang merupakan mahluk bersejarah sebab dialah satu satunya mahluk yang menjadi pokok penulisan sejarah, satu-satunya yang membuat sejarah. Bila kita mengatakan bahwa suatu masa tertentu menandakan titik yang menentukan dalam sejarah, kita semua mengetahui bahwa hal itu berkenaan dengan manusia dan bukan dengan atom atau elektron, atau lebah, atau burung layang-layang. Sebab, tak satu mahluk itu yang mampu menerima dengan bebas masa lampaunya ataupun menciptakan masa depan baru. Historisitas adalah kekhasan yang menjadikan manusia pembuat dan pelaku sejarah, bukanlah sebuah fakta kebetulan dan sampingan, melainkan yang mendasar. Historisitas menegaskan cara manusia berada.

Sebagai misal, bagi orang Yunani rasa kesejarahan dikalahkan oleh gagasan nasib yang memahami perjalanan sejarah sebagai sesuatu yang terjadi menurut suatu keniscayaan yang tidak terhindarkan dan seolah-olah telah ditentukan sebelumnya oleh suatu kuasa yang misterius dan buta.

Sebenarnya gagasan nasib yang tidak terhindarkan itu merupakan suatu gagasan semu atau ilusi di masa lampau. Dengan demikian ada kecenderungan untuk menerangkan sejarah sesudah terjadinya suatu peristiwa, atau sesudah suatu peristiwa menjadi bagian masa lampau dan bukan menerangkan jalannya sejarah itu dengan berpangkal pada sejarah yang sedang berjalan atau sejarah yang sedang berlangsung. Dengan pandangan sejarah seperti ini sejarah dipandang sebagai nasib dan kelanjutan sejarah dipandang sebagai hal yang niscaya terjadi. Seorang siswa yang gagal dalam ujian selalu tergoda untuk berdalih. Aku masih dapat berbuat apa? Memang sudah nasibku akan gagal? Dengan demikian kita melihat bahwa gagasan nasib sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindarkan merupakan gagasan yang bukan saja tidak konsisten tetapi juga berbahaya, sebab merupakan suatu cara yang mudah untuk mengingkari tanggung jawab pribadi dalam hidup ini.

Maka, historisitas tidak boleh dicampuradukan dengan perasaan tidak mampu atau tidak mantap. Perasaan tidak mampu atau mengatakan segalanya berlalu lebih merupakan kesadaran manusia yang menengok kepada kekosongan masa lampau. Jadi historisitas dapat dikatakan sebagai sifat khas sebuah kesadaran yang tahu akan tanggung jawab terhadap masa depan. Historisitas adalah konsep masa lalu yang terintegrasi atau menyatu dengan diri manusia. Masa lampau dipandang sebagai yang pernah hadir pada suatu ketika daripada sebagai sesuatu yang tiada lagi.


Ciri khas mahluk hidup

Manusia adalah mahluk hidup dan itu masuk dalam kelompok tinggi di antara mahluk lainnya, dimana tumbuh-tumbuhan dan binatang masuk di dalamnya. Bagaimana dengan mesin? Mesin dewasa ini sangat berkembang dan beberapa mesin juga memiliki aktivitas dan hasil yang juga sama dengan mahluk hidup. Maka dari itu, dalam bagian ini kita akan masuk lebih dalam ke diri manusia untuk membedakannya dengan yang lain. Kita akan membicarakan ciri khas manusia.

Kegiatan pertama yang dapat disebut sebagai ciri khas manusia adalah asimilasi. Ciri asimilasi akan lebih kentara ketika berhadapan dengan budaya dan peradaban. Manusia memiliki peradaban sebagai hasil berasimilasi dengan alam sekitarnya, mahluk hidup lain dan sesamanya. Dengan asimilasi, manusia mengolah apa yang ada di alam ini menjadi bagian dalam dirinya. Manusia bersatu dengan alam atau suku lain sehingga dapat menciptakan tradisi atau budaya. Manusia dapat mengolah sesuatu yang berbeda dengan dirinya dengan sikap terbuka dan mau berasimilasi sehingga terbentuklah suatu kesatuan yang bermakna. Mesin, pada saat tertentu konstruksinya juga dapat melengkapi dirinya, namun hal itu tidak dilakukan dengan proses asimilasi. Bagian-bagian dari mesin masih berdiri sendiri dan tidak menjadi satu keutuhan. Maka, mesin bukan sesuatu yang berkembang dari dalam, tetapi sesuatu yang melengkapi dirinya dari luar; bukan suatu keseluruhan natural, melainkan suatu keseluruhan artifisial.

Manusia juga memulihkan dirinya. Manusia mampu memulihkan dirinya dari luka-luka, baik itu luka luar maupun luka batin. Luka-luka tersebut dapat disembuhkan karena ada bagian dari diri manusia yang memang mampu menyembuhkan. Sedangkan kalau mesin, jika rusak, akan diperbaiki tidak dari dalam dirinya melainkan sesuatu yang berasal dari luar dirinya. Mesin tidak memiliki “bagian dalam” yang mampu menyembuhkan sendiri apa yang sudah rusak.

Manusia juga memiliki kemampuan yang luar biasa, yaitu mereproduksi dan melipatgandakan dirinya, membuat dalam dirinya bibit atau tunas yang akan menjadi suatu mahluk hidup baru. Suatu mahluk hidup yang menjadi gambar dan rupanya serta penerus spesiesnya. Bagi manusia, reproduksi tidak berhenti pada pembuatan keturunan semata, melainkan menjadikan keturunan tersebut secitra dengan dirinya yang berharga dan bermartabat. Sebuah mesin juga dapat menyusun mesin-mesin lain menurut model yang dipergunakan untuk menyusun dirinya sendiri, tetapi mesin tidak membuat mereka dari bibitnya sendiri. Memang tidak akan dikatakan bahwa mesin-mesin baru itu merupakan keturunan dari mesin lama atau lahir dari dirinya. Mesin hanya mengumpulkan materi atau barang-barang yang ditemukan di luar dirinya untuk membuat keseluruhan artifisial.

Manusia juga beradaptasi atas pengaruh-pengaruh yang diterimanya. Tumbuh-tumbuhan berekasi atas cahaya, panas dan dingin, tekanan dan kelembaban. Tanaman menarik keuntungan dari tanah di mana ia berakar dan dari materi-materi yang diserapnya dari tanah itu. Binatang bersikap hati-hati pada semua yang dapat mengancamnya. Ia tahu di mana menemukan makanan. Ia dapat menghindari bahaya atau menentangnya, menyerang atau melarikan diri. Kemudian, yang khas bagi manusia adalah adaptasi yang membawa manusia terbuka pada setiap situasi. Manusia mampu mengendalikan dirinya sehingga terlepas dari konflik. Dengan terselesaikannya konflik, manusia masuk dalam kedamaian dan cinta. Mesin kelihatannya juga mengadaptasikan dirinya, dan dalam beberapa hal tertentu, dilakukannya secara mengagumkan. Terhadap apa saja yang mengganggunya, mesin akan bereaksi secara cepat dan rasional sekali, seperti satelit yang juga mampu bereaksi terhadap gangguan yang mungkin terjadi. Namun, semua itu karena mekanisasi dan otomatisasi, bukan karena kesadaran. Mereka tampaknya berbuat dari dirinya sendiri, tetapi sebenarnya mereka bertindak hanya berkat orang yang mendesain dan menyusun, atau berkat orang yang mengaturnya.

Manusia juga mengolah apa yang asing di dunia ini menjadi bagian dari dirinya. Manusia mengolah dedaunan, akar, batang menjadi sesuatu yang dapat di makan. Manusia berkembang dan mengembangkan diri dengan mengubah apa yang ada di sekitarnya menjadi sesuatu yang berguna untuk kelangsungan hidupnya. Mesin adalah hasil olahan manusia. Dengan ide dan penemuan atas benda-benda, manusia mengolah barang-barang biasa yang kemudian menjadi perpanjangan dirinya.

Kemudian, manusia juga merupakan mahluk yang terus berproses. Manusia memiliki kemampuan untuk selalu mempertanyakan dirinya sampai sehabis-habisnya hingga titik darah penghabisannya. Dengan demikian, manusia mengungkap dirinya dan menemukan kesadaran. Dengan akal budi dan perasaan, manusia dapat menemukan dirinya sebagai subjek yang terus berkembang.

Dari penjelasan di atas kita ketahui bahwa ciri khas manusia adalah berasimilasi, memulihkan diri, reproduksi, adaptasi, mengendalikan diri, mengolah, dan berproses. Pertanyaan kemudian, apakah semua ciri khas ini semakin membatasi keterbatasan manusia. Memang manusia terbatas dan kadang binatang atau tumbuhan dapat lebih hebat. Adanya pandangan keterbatasan berarti manusia menyadari akan dirinya yang terdiri dari badan dan jiwa. Ini adalah kodrat manusia, berarti ingin menyatakan keseluruhan realitas manusia yang terstruktur, yang memiliki jiwa dan juga badan. Jiwa dan badan solider satu sama lain dan bersama-sama merupakan satu mahluk hidup yang sama. Namun, badan dan jiwa merupakan suatu relaitas yang berbeda, walaupun keduanya merupakan satu “ada” yang sama. Jadi, manusia tidak bisa menghindar. Namun, dengan ciri-ciri khas tersebut ternyata manusia dapat mengatasi keterbatasannya. Manusia menemukan berbagai alat yang kemudian menjadi perpanjangan dirinya yang bermanfaat bagi kelangsungan hidupnya. Manusia juga menemukan ilmu yang kemudian dapat mengembangkan daya-daya rasio dirinya. Jadi, manusia memang terbatas, namun ia tidak terbatas.

windar, sj
dari berbagai sumber, terutama dari Leahy, Louis, Siapakah manusia?, Jogja: Kanisius, 2001.